Dia berasal dari salah satu keluarga aristokrat di Negara Bagian Karnataka, India selatan.
Tetapi pada tahun 1991, pewaris kekayaan itu hilang begitu saja, seolah raib dari muka bumi.
Selama tiga tahun, suami keduanya yakni Murali Manohar Mishra yang lebih dikenal sebagai Swami Shraddhananda mengarang cerita-cerita yang fantastis terkait keberadaannya.
Pada tahun 1994, jenazah Shakereh digali dari halaman rumah megah mereka di Bengaluru.
Belakangan terungkap dia telah dibius, dikemas dalam peti kayu, dan dikubur hidup-hidup.
Shraddhananda (tengah) masih menyangkal bahwa dia telah membunuh istrinya. (BANGALORE NEWS PHOTOS)
Keluarganya menggambarkan Shakereh sebagai “sosok yang menawan, sangat menarik”, yang “menyukai mobil-mobil antik, sangat sosial, sangat penyayang dan menyenangkan”.
Namun pada pertengahan 1980-an, dia bertemu dengan Sharddhananda dan kehidupannya berubah drastis.
Imran Qureshi dari BBC Hindi, yang saat itu bekerja untuk surat kabar Times of India di Bengaluru dan juga tampil di dalam serial dokumenter itu, mengatakan bahwa “pembunuhan itu mengejutkan orang-orang terutama karena cara dia dibunuh, fakta bahwa dia dikubur hidup-hidup”.
Kasus itu “menjadi perbincangan di kota karena Shakereh menikah dengan laki-laki seperti Shraddhananda setelah menceraikan suami pertamanya”, tambah dia.
Dalam kliping pemberitaan saat itu, Shraddhananda disebut berasal dari keluarga miskin dan putus sekolah, “orang suci yang palsu” dan “pesuruh” yang mendekatkan dirinya dengan Shakereh karena “membantu menyelesaikan sejumlah masalah terkait properti” serta “mengeksploitasi Shakereh atas keinginannya untuk memiliki seorang anak laki-laki dengan mengklaim bahwa dia memiliki kekuatan magis”.
Laporan-laporan yang ada mengatakan bahwa hubungan mereka mulai retak tidak lama setelah menikah pada 1986.
Keduanya sering bertengkar, biasanya karena masalah uang, yang memicu Shraddhananda berencana mengeksekusi istrinya dengan cara yang mengerikan. Namun terlepas dari fakta bahwa dia dinyatakan bersalah oleh total delapan hakim dari Pengadilan India, Pengadilan Tinggi dan Mahkamah Agung, pengacaranya bersikeras bahwa bukti yang memberatkannya adalah bukti-bukti tidak langsung. Di dalam serial dokumenter itu, kita bisa mendengar Sharddhananda sendiri masih menyangkal kejahatannya. Beberapa pihak mempertanyakan dokumenter tersebut karena memberi ruang bagi seorang terpidana pembunuhan. Namun Patrick Graham, seorang pembuat film asal Inggris yang berbasis di Mumbai dan ikut menulis serta menyutradarai Dancing on the Grave, membela keputusan untuk memberi banyak ruang bagi kisah Shraddhananda. Graham mengatakan bahwa timnya pergi ke penjara karena ingin mengetahui bagaimana seseorang seperti Shakereh dapat dipengaruhi oleh orang seperti Shraddhananda. “Mulanya kami sempat terpengaruh oleh dia untuk percaya bahwa ada lapisan dari cerita ini, meskipun tidak ada dari kami yang meragukan kejahatannya ketika kami selesai berurusan dengan dia.” Graham mengatakan bahwa mereka mendatangi Sharddhananda dengan “hati-hati agar tidak dianggap sebagai pengganggu oleh pria tua yang kecil dan lemah ini. Tetapi ketika kami mengetahui lebih banyak ceritanya, dan ketika kami lebih sering berinteraksi dengannya, kami merasa dia memiliki agenda, dia mempermainkan kami.” “Semakin banyak waktu yang kami habiskan bersamanya, semakin jelas bahwa perasaannya tidak tulus, dan pada akhirnya kami mencoba berbincang lebih intens dengannya,” kata Graham. Upaya itu, sambung dia, berujung Shraddhananda mengeluarkan “kata-kata kasar”, dan “dia bersikeras bahwa dia tidak bersalah, bahwa dia diperlakukan dengan buruk”. Dalam banyak serial kasus kejahatan berdasarkan kisah nyata, kata Graham, seorang penjahat ditampilkan sebagai “seorang jenius”. “Tapi saya jelas-jelas tidak ingin melakukan itu. Tentu saja Sharddhananda memiliki sejumlah kelebihan, salah satunya adalah membuat orang mempercayainya,” ujar dia. Info lebih lengkap
0 comments:
Post a Comment